KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Pada makalah ini penyusun membahas tentang “Fisiologi Laktasi” guna memenuhi tugas Biologi Kesehatan yang diberikan oleh Dosen pengajar mata kuliah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan mendorong minat membaca kita sebagai mahasiswi untuk lebih belajar atau memahami isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna terkhusus dalam penggembangan Pelayanan Kesehatan
Tangerang, Juni 2009
Penyusun
Helse Nopiana
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................
Daftar Isi.......................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................
B. Tujuan Penulisan.................................................
Bab II Pembahasan
A. Fisiologi Laktasi...................................................
B. Produksi ASI........................................................
C. Pengeluaran ASI..................................................
D. Pemeliharaan ASI.................................................
E. ASI.........................................................................
Bab III Penutup............................................................
Daftar Pustaka...............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurnag juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI.
I.II TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan Makalah ini adalah agar Mahasiswa memahami tentang fisiologi laktasi.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan Makalah ini adalah agar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses produksi ASI
2. Mahasiswa mampu untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
3. Mahasiswa mampu mengungkapkan keuntungan ASI, baik bagi Ibu maupun bagi Bayi.
4. Mahasiswa mampu mengungkapkan cara-cara pemeliharaan ASI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Laktasi
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. (6).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Air susu terbentuk dari dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar kedalam lumen alveoli. Pada fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialihkan ke puting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus. Selama kehamilan berlangsung, laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh pengaruh progesteron pada sel kelenjar. Seusai partus, kadar hormon ini menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.
Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu The Milk Production Reflekx dan The Let Down Reflex. Manakala Bayi mengisap puting susu, serangkaian impuls akan menuju Medula Spinalis, lalu ke Otak, dan menyusut kedalam kelenjar Hipofisis, memicu sekresi Oksitosin pada bagian posterior Hipofisis. Keberdaan Oksitoksin menyebabkan kontraksi sel-sel epitel otot polos yang membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung didalamnya tersembur ke setiap Duktus dan Sinus.
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pengaruh Hormonal mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara :
a. Progesteron : Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran Alveoli. Tingkat progesteron dan Estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
b. Estrogen : Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya Ibu menyusui menghindari KB Hormonal berbasis hormon Estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH).
d. Prolaktin : Berperan dalam membesarnya Alveoli dalam kehamilan.
e. Oksitoksin : Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, Oksitoksin juga mengencangkan otot halus di sekitar Alveoli untuk memeras ASI menuju saluran Susu. Oksitoksin berperan dalam proses dalam turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
f. Human Placental Lactogen (HPL) : Sejak bulan kedua kehamilan, Plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan Payudara, puting, dan Aerola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, Payudara siap memproduksi ASI.
B. Produksi ASI
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan
non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui
kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui.
Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi
dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan
ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat
kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan
dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran
payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan
dalam produksi ASI (Suharyono, 1990).
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi
oleh lama dan frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi
oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan
menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini
dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya
ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi
melalui puting susu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu
kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda
karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300
ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari)
dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan
volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat
laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua
200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata
volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 –
1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi
usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari,
dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
- Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
- Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
- Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
- Volume semakin meningkat.
©2004 Digitized by USU digital library 4
C. Air Susu Mature
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
• Antibodi terhadap bakteri dan virus.
• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
• Faktor resisten terhadap staphylococcus.
• Complecement ( C3 dan C4)
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN,
1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 3 kali perhari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.
Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat
erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik
yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada
bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985)
dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan
gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari
25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari
keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali
(Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan
Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat
hubungan nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi
produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya
kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang
kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi
ASI.
6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi
Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan
penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun
demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak
perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa
ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan
yang tidak merokok.
7. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain
etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan
merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan
ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg
mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan
dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka
tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives,
1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil
progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
C. Pengeluaran ASI
Dua factor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mammae.
a. Tekanan dari Belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk didalam sel akan mendorong globuli tersebut kedalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh Bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.
b. Refleks Neurohormonal
Apabila Bayi disusui, maka gerakan mengisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalm Glandula Pituitari Posterior. Akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya Oksitoksin dari Pituitari Posterior, hal ini akan menyebabkan sel-sel Mioepitel disekitar Alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh Lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam Ampula. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya Jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk menempatkan Ibu dalam posisi yang nyaman, santai dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak. Sekresi Oksitoksin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas).
Kalau ASI tidak lancar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Penuhi kebutuhan nutrisi. Sebaiknya pada masa menyusui, ibu mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gizi yang baik dan seimbang. Sebab hal ini bisa memperlancar dan memperbanyak produksi ASI.
2. Hilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami, misalnya stres karena beban kerja yang terlalu berat di kantor atau masalah lain. Semakin stres, semakin berkurang produksi ASI. Faktor kejiwaan ini tidak hanya akan berpengaruh terhadap si ibu tapi juga bayinya karena konsumsi ASI menjadi berkurang.
3. Produksi ASI juga ditentukan oleh frekuensi bayi meminumnya. Semakin sering bayi menghisap ASI, produksi air susu makin banyak. Jika ibu bekerja, sebaiknya mereka memerah ASI sebelum pergi ke tempat kerja.
4. Lakukanlah perawatan payudara secara teratur dengan pemijatan sendiri.
5. Dukungan dari ayah juga sangat menentukan, terutama untuk menenangkan dan memberi dukungan kepada ibu. Karena itu, peran ayah sangat diperlukan guna mendukung ibu untuk terus memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan semacam ini akan membuat ibu menjadi lebih tenang secara psikologis sehingga produksi ASI-nya juga melimpah.
D. Pemeliharaan ASI
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan. Apabila Bayi tidak disusukan, maka tidak akan dimulai penyediaan air susu. Apabila seorang Ibu Bayi kembar menyusukan kedua Bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua Bayi tersebut. Makin sering Bayi disusukan, penyediaan air susu Ibu juga makin baik. Tiga faktor penting untuk pemeliharaan laktasi adalah :
a. Rangsangan
Bayi yang minum air susu Ibu perlu sering menyusui, terutama pada hari-hari Neonatal awal. Penting bahwa Bayi Difiksasi. Pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi Bayi sebaiknya berada pada kulit Aerola, sehingga tekanan diberikan kepada Ampulla yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian Bayi minum dari payudara, dan bukan dari papila mammae. Apabila Ibu mengeluh rasa sakit, maka Bayi tidak terfiksasi secara benar.
Sebagai respon tehadap pengisapan, Prolaktin dikeluarkan dari Glandula Pituitari Anterior, dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu Bayi tidak dapat menyusui sejak awal, maka Ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh Bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.
b. Fiksasi
Fiksasi Bayi (yaitu aposisi yang benar antara lidah dengan gusi Bayi terhadap Papila dan Aerola Mammae Ibu) merupakan seni yang perlu dipelajari peserta didik sebelum Mereka mencoba melatih Ibu-Ibu muda. Ibu, Bayi, dan Bidan yang mengajari perlu menemukan posisi yang nyaman untuk mencapai maksud ini dan mungkin perlu mencoba posisi yang berbeda-beda.
c. Pengosongan Sempurna Payudara
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila Bayi tidak menosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau Bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar Bayi benar-benar puas/ kenyang maka Bayi perlu diberikan baik air susu pertama maupun air susu kedua pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Penting bahwa Bayi minum air susu. Apabila Ia menginginkanya dan selama Ia ingin minum, maka penyediaan jangan sampai tidak cukup atau berlebihan. Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan, maka Laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakkan Alveoli dan sel kelenjar tidak dapat berkontraksi. Air susu Ibu tidak dapat dipaksa masuk kedalam Duktus Lactifer. Tidak terlalu ditekankan disini bahwa memberikan air susu Ibu saat dibutuhkan dan melakukan Stipping Payudara setiap menyusukan anak juga penting untuk memelihara laktasi. Rutinitas dan pola minum air susu Ibu akan terbentuk dan minumannya akan lebih jarang apabila laktasi telah berfungsi penuh.
Berikut ini kiat masase payudara yg dapat anda praktekkan sejak hari ke-2 usai persalinan, sebanyak 2 kali sehari.
Cucilah tangan sebelum memasase. Lalu tuangkan minyak ke dua belah telapak tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya :
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah putting susu
Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.
Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya dalah gerakan payudara kiri dengan kedua tengan, ibu jari di atas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yg sama pada payudara kanan.
Lalu cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah putting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.
Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif menigkatkan volume ASI. Terakhir yg tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara.
E. Air Susu Ibu
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Dalam ASI terkandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi. Terutama ASI yang keluar pertama kali (colostrums) yang mengandung zat penting untuk kekebalan tubuh.
Namun, tidak semua ibu memahami tentang pentingnya ASI. Di antara mereka masih ada yang enggan menyusui anak sendiri dengan berbagai alasan. Misalnya takut tubuh menjadi gemuk, tidak punya waktu, dan berbagai alasan lainnya.
a.Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasrkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut: (4)
Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum) (mg)
- Magnesium (mg)
58
2,3
140
218
330
364
5,3
2,9
151
1,9
30
75
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-
39
85
40
70
4
14
74
48
22 70
0,9
1 : 1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
75
14
40
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
35
40
40
100
4
15
57
15
14 65
3,4
1 : 1,2
-
-
-
-
4,8
3,9
41
43
145
82
64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6
130
108
14
70
12
120
145
58
30
b. Manajemen Laktasi
manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
- Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.
- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.
- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
- menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
c. keuntungan ASI
1.Keuntungan untuk bayi:
• ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
• ASI mudah dicerna oleh bayi.
• Jarang menyebabkan konstipasi.
• Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
• ASI kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya..
• ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
• Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI samapi lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena Asi mengandung DHA/AA.
• Bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
• ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
• Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
2.Keuntungan untuk ibu:
• Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
• Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
• Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
• Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah.
Karena begitu besar manfaat dari ASI maka WHO dan UNICEF menganjurkan agar para ibu memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan.
Begitu banyak keuntungan yang diberikan Air Susu Ibu baik untuk ibu maupun bayi. Berikanlah Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi anda sebagai hadiah terindah dalam menyambut kelahirannya.
3. Manfaat ASI bagi keluarga :
Dengan meneteki, pengeluaran untuk makanan
bayi relatif sangat kecil, sementara jika memberi
makanan buatan kepada bayi dapat menghabiskan
sekitar 20–90% dari pendapatan keluarga. Biaya
untuk membeli 1 kaleng susu formula (saat ini
berharga sekitar Rp. 100.000/400 gr yang akan
habis dalam waktu 3 hari, dalam 1 bulan seorang
bayi memerlukan sekitar 8 kaleng x Rp. 100.000 =
Rp. 800.000–Rp 1.000.000,- bila tidak mendapat
ASI dari ibunya. Hal ini jelas sangat
mempengaruhi jatah makan keluarga se hari-hari.
4. Manfaat ASI bagi Masyarakat
Meneteki/memberi ASI kepada bayi sangat
penting untuk mengatasi masalah kelaparan. Pada
kebanyakan masyarakat, banyak keluarga dan
individu tidak mempunyai makanan yang cukup,
oleh karena itu sering menderita kelaparan.
Dengan meneteki dapat memberi jaminan pangan
yang sangat penting bagi keluarga yang
mengalami kekurangan pangan dalam situasi
darurat.
Para Ibu harus yakin bahwa mereka dapat
memberikan makanan yang terbaik bagi bayi
mereka. Bahkan Ibu yang kelaparan karena tidak
mampu membeli makanan mereka setiap hari
masih dapat memberi ASI lebih sering dari pada
ibu yang mendapat makanan cukup.
Selain itu, bayi yang mendapat ASI memiliki IQ
lebih tinggi dari yang tidak mendapat, maka
masyarakat akan diuntungkan. Ibu lebih sehat dan
biaya untuk kesehatan lebih kecil.
Meneteki/memberi ASI merupakan cara terbaik
untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak.
5.Manfaat ASI bagi lingkungan
Kita hidup di dunia yang penuh polusi. Dengan
meneteki/memberi ASI, tidak menimbulkan
sampah; setiap ibu yang meneteki dapat
mengurangi masalah polusi dan sampah. Dengan
meneteki/memberi ASI tidak membutuhkan lahan,
air, metal, plastik dan minyak yang semuanya dapat
merusak lingkungan, Dengan demikian,
meneteki/memberi ASI dapat melindungi
lingkungan hidup kita.
Kita pertimbangkan beberapa fakta berikut ini :
• Jika setiap bayi di Amerika diberi ASI, akan
menghemat sekitar 86.000 kaleng susu yang
seharusnya dapat digunakan untuk membuat
550 juta kaleng susu; dan 1.230 ton kertas
(label susu kaleng )
• Makanan botol, kempeng dan peralatan
lainnya, membutuhkan plastik, karet dan
silikon. Tahun 1987 misalnya 4,5 juta botol
susu hanya di Pakistan. Jumlah untuk setiap
bayi bahkan lebih besar di negara industri.
Sampah ini menghabiskan sumber daya alam
dan menambah masalah pembuangan sampah.
• Air untuk susu buatan, botol dan dot harus
disterilisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan. Untuk itu diperlukan sekitar 200
gr kayu untuk memanaskan 1 liter air; dalam 1
tahun bayi yang diberi makanan buatan akan
menghabiskan paling sedikit sekitar 73 kg
kayu.
• Selain air, peralatan dapur untuk menyiapkan
susu formula merupakan sumber kontaminasi
yang perlu diwaspadai.
• Pada tahun 70’an, perawat kesehatan
masyarakat di Canada menurunkan tingkat
timah hitam pada bayi yang berasal dari sodder
timah hitam dari panci listrik yang digunakan
untuk mendidihkan air untuk mengencerkan
susu formula.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
- Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI secara Eksklusif.
- Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
B. SARAN
- Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.
- Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibuhami, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, Dr. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Palembang:2002.
www.google.com /” Breastfeeding and Food Security ”; WABA Activity Sheet 10 oleh Lucia V. Pardede, SKM, MSc.; Jakarta, 25 Oktober 2008
www.google.com /Dr.Suririnah-www.InfoIbu.com